Saturday, September 3, 2011

Merayakan Idul Fitri di Negeri Kincir Angin

Schiedam, Agustus 2011

Di tanah air ketika Idul Fitri menjelang selalu identik dengan Mudik atau Pulang Kampung. Semua orang berbondong-bondong balik ke kampung halaman masing-masing untuk merayakan Hari Kemenangan setelah genap sebulan melaksanakan puasa Ramadhan. Begitu bersemangatnya untuk mudik terkadang kita tidak menghiraukan kesulitan yang dihadapi ketika akan mudik dari mulai antri berjam-jam hanya untuk mendapatkan selembar tiket, perjalanan yang melelahkan ketika mudik maupun ketika akan balik dari kampung halaman ke tempat kita mengais rejeki. Semuanya terbayar lunas saat bertemu dengan orangtua, sanak saudara dan handai tolan. Ritual mudik inipun menjadi semacam keharusan setiap tahunnya.

Hal ini sedikit berbeda dengan masyarakat Indonesia di Negeri Kincir Angin, Belanda. Masyarakat Indonesia di Belanda biasanya memanfaatkan liburan sekolah terutama saat liburan musim panas untuk balik ke kampung halaman di Indonesia. Tahun ini karena sekolah sudah dimulai sejak sebelum Lebaran menyebabkan sebagian besar dari masyarakat Indonesia merayakan Idul Fitri di Belanda. Idul Fitri bukan merupakan hari libur nasional di Belanda sehingga biasanya kaum muslimin yang bekerja harus mengambil cuti 1 atau 2 hari untuk merayakan hari besar umat Islam ini sedangkan untuk kalangan pelajar dan mahasiswa tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Beberapa sekolah dasar negeri dengan kurikulum Islam (Islamisch Basisschool) mengambil kebijaksanaan khusus untuk meliburkan siswanya selama 3 hari selama perayaan Idul Fitri tahun ini. Aku sendiri cuti selama 2 hari.

Sesuai keputusan ulama di Eropa maka 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011. Sehingga umat muslim di Belanda merayakan Idul Fitri sehari lebih dulu dari kaum muslimin di tanah air. Selasa pagi itu di sepanjang jalan banyak terlihat kaum muslimin yang didominasi etnis Turki dan Maroko berduyun-duyun berangkat ke mesjid. Aku dan keluargaku melaksanakan sholat Ied di sebuah sekolah Islam Ibn Ghaldun di Rotterdam kira-kira 10 menit perjalanan dari Schiedam. Sholat Ied dimulai jam10 pagi. Mayoritas jamaah di Ibn Ghaldun adalah keluarga dan mahasiswa Indonesia. Sebagian yang lain orang Indonesia yang menikah dengan bangsa lain. Mereka bukan hanya berdomisili di Rotterdam tetapi ada juga yang datang dari kota lain. Selesai sholat Ied semua jamaah dijamu dengan hidangan istimewa lebaran.

Merayakan hari kemenangan ini, KBRI Den Haag selesai sholat Ied di Mesjid Al-Hikmah dilanjutkan dengan Open House di kediaman Duta Besar Indonesia di Wisma Duta. Acara ini dibuka untuk umum. Selain untuk menikmati jamuan khas tanah air, acara inipun kadang kala digunakan juga untuk ajang bersilaturahmi dengan sesama teman setanah air. Beberapa teman juga mengadakan Open House di rumah masing-masing dengan mengundang teman dan tetangga untuk sama-sama berkumpul dan merayakan hari kemenangan tentu saja dengan menu khas lebaran seperti opor ayam, rendang, sambel goreng ati dll. Mayoritas masyarakat Indonesia di Belanda berdomisili di area Amsterdam, Den Haag, Rotterdam, Utrecht dan Nijmegen selain tentunya juga di Groningen di bagian utara dan Eindhoven di selatan Belanda. Perjalanan kami sekeluarga pun dimulai mulai dari pagi selesai sholat Ied di Rotterdam, bersantap siang di Schiedam, berkumpul dengan teman-teman lain masih di area Schiedam dan diakhiri dengan bersantap malam di Bleiswijk. Alhamdulillah bisa berkumpul dengan teman-teman seiman dan setanah air. Lumayan mengobati kerinduan akan suasana lebaran di tanah air. Tradisi Open House ini tidak hanya pada Lebaran pertama tetapi masih ada sampai weekend beberapa hari setelah Lebaran.

Selamat Idul Fitri 1432 H
Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa shiyamakum.

No comments: