Saturday, January 22, 2011

"Matahariku.......sampai jumpa besok....."

Sabtu pagi 22/01/11 di Papendrecht

Akhir Januari di musim dingin. Dua minggu terakhir suhu udara di Papendrecht antara 10-12 Celcius relatif lebih hangat daripada suhu rata-rata musim dingin tahun ini di Belanda yang berkisar minus 5 sampai minus 2. Dan berdasarkan prakiraan cuaca, minggu depan suhu akan kembali drop dibawah titik beku seperti awal November dan pertengahan Desember kemaren, snow will be coming brrrggghh.....

Winter alias musim dingin selain dingin, juga sering mendung dan berawan jadinya matahari jarang nongol. Matahari terbit sekitar jam 7 dan terbenam sekitar jam 5. Biasanya di Belanda saat weekend terakhir bulan Oktober ada perubahan waktu biasanya disebut Winter Time. Jam di seluruh negara dimundurkan 1 jam lebih awal sehingga perbedaan waktu dengan Waktu Indonesia Barat (WIB) menjadi 7 jam. Waktu ini akan berubah lagi saat weekend terakhir bulan Maret biasanya disebut Summer Time, dimajukan lagi 1 jam sehingga perbedaan waktu dengan WIB kembali menjadi 6 jam. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap waktu sholat. Sholat Subuh jam 7 pagi dan sholat magrib jam 4 sore. Ada beberapa artikel mengatakan hal ini berpengaruh secara psikologis, sebagian orang merasa suasana hatinya lebih suram dan tidak bersemangat.

Masih lekat dalam ingatan beberapa tahun yang lalu saat aku masih bekerja di kota metropolitan Jakarta. Ditengah kerasnya kehidupan Jakarta, polusi udara akibat asap knalpot, kawanan pencopet di metromini masih ditambah panasnya sinar matahari ibukota heuuuuh....puanas. Begitu lega rasanya ketika sampai di kantor yang ber-AC. Tak jarang ada sumpah serapah dari teman-teman yang berkomentar soal panasnya udara ibukota terutama saat musim kemarau. Sangat berbeda ketika aku masih memakai seragam putih abu-abu. Siang bolong sekitar jam 11 sampai jam 1 ketika guru yang seharusnya mengajar ternyata sakit atau berhalangan, aku dan teman-temanku keluar kelas dan main sepakbola tanpa peduli dengan panasnya sinar matahari. Ga peduli dengan kulit yang hitam, muka yang gosong atau baju seragam yang kumal dan bau keringat selepas bermain bola maklum masih lugu dan belum punya pacar hehe...

Di belahan dunia lain dimana matahari bersinar sepanjang tahun ada segelintir manusia yang memuja matahari dan menyebutnya Dewa Matahari diantaranya kaum Mesir kuno, Romawi, sampai Indian di benua Amerika memuja matahari karena dianggap mataharilah yang memberi kehidupan, kesuburan dalam pertanian dan sehingga diabadikan di kuil peribadatannya. Mereka lupa ada yang lebih besar dan lebih berkuasa dari matahari.
Allah SWT berfirman dalam Surat 41 Fushshilat ayat 37:
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.


Suatu saat Nadira, anak keduaku, diberi vitamin D saat kontrol kesehatan. Semua batita di Belanda diberi vitamin D untuk membantu pertumbuhan tulang dan giginya diakibatkan kurangnya sinar matahari sebagai salah satu sumber vitamin D alami seperti di Indonesia. Hal yang mungkin luput dari perhatian ketika kita di tanah air karena hampir setiap hari kita dapat menikmati sinar matahari. Hari ini cerah dan sejak pagi matahari sudah terlihat mengintip dari peraduannya dan ketika tadi sore aku lihat matahari kembali ke peraduannya, aku cuma bisa bergumam "Matahariku.......sampai jumpa besok....."

2 comments:

Anonymous said...

disini rupanya saung bang yopp... :D

Yopi said...

hehe....singgah dulu lah...