Schiedam, 29 Agustus 2011
Alhamdulillah....hari ini menginjak 29 hari bulan Ramadhan 1432 H. Tahun ini tahun kedua aku melaksanakan puasa Ramadhan di negeri Kincir Angin. Kalo tahun lalu aku lewatkan hanya dengan teman-teman mahasiswa di Rotterdam dan kemudian berlebaran di Bukittinggi tanah kelahiran istri tercinta, tahun ini sedikit berbeda karena dari mulai hari pertama Ramadhan dan Insya Allah sampai Idul Fitri aku lewatkan dengan istri dan anak-anakku dan tentu saja dengan teman-teman setanah air yang sama-sama merantau dan terpisah belasan ribu kilometer dari sanak saudara di tanah air.
Komunitas masyarakat Indonesia di Belanda selama bulan Ramadhan cukup aktif mengadakan kegiatan Ramadhan. Semua begitu bersemangat dan sukacita dalam menyambut datangnya bulan suci ini. Kantong-kantong masyarakat Indonesia sebagian besar berada di kota-kota seperti Amsterdam, Den Haag, Rotterdam, Utrecht dan beberapa kota lainnya. Terdapat beberapa masjid Indonesia misalnya Masjid Al Hikmah Den Haag dan Masjid ISR di Rotterdam yang rutin melaksanakan qiyamul lail, buka puasa dan kegiatan lain selama bulan Ramadhan. Selain itu dengan populasi muslim yang cukup tinggi dan toleransi beragama yang juga cukup baik, jumlah mesjid di Belanda juga cukup banyak. Sebagian besar mesjid ini dibangun oleh masyarakat Belanda keturunan Turki dan Marocco. Mesjid Turki biasanya menggunakan bahasa Turki dalam penyampaian khutbah Jum'at dan pengajian rutinnya. Sedangkan mesjid Marocco biasanya menggunakan bahasa Arab atau bahasa Barber, bahasa yang banyak digunakan masyarakat Marocco. Jadi banyak pilihan jika kita ingin melaksanakan sholat Jumat atau sholat tarawih. Masyarakat Indonesia di Belanda terdiri dari golongan manula yang sudah puluhan tahun bermukim di Belanda, golongan yang lebih muda dan tentu saja mahasiswa Indonesia. Di sekitar rumah kita di Schiedam (kira-kira 7km dari pusat kota Rotterdam) juga ada beberapa keluarga Indonesia. Di bulan Ramadhan ini kita rutin bergiliran mengadakan buka puasa bersama. Pertemanan di rantau memang berbeda, hampir tidak ada bedanya teman dengan saudara semua berusaha saling menjaga silaturahmi dan membantu kalo ada teman yang sedang dilanda kesulitan. Suatu hal yang kadang menjadi hal yang langka di tanah air terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Selain itu seperti tahun lalu setiap minggu aku dan keluarga rutin berbuka puasa dengan teman-teman mahasiswa di Rotterdam, PPMR (Persatuan Pelajar Muslim Rotterdam).
Ramadhan tahun ini jatuh pada musim panas (summer). Musim panas yang berarti waktu siang lebih panjang dari malam merupakan tantangan tersendiri bagi Ramadhan tahun ini. Hari pertama Ramadhan Subuh jatuh sekitar pukul4 pagi dan waktu magrib sekitar jam21.30 malam. Suhu di musim panas di Belanda berkisar antara 20-30C. Tapi tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, musim panas tahun ini udara tidak terlalu panas berkisar 16-23C dengan kelembaban yang rendah dan angin yang biasanya bertiup cukup kencang cukup membantu bagi umat muslim yang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Hari ini yang Insya Allah merupakan hari terakhir puasa, waktu Subuh sekitar jam5 dan nanti sore akan berbuka sekitar jam20.30. Jadi dari waktu berpuasa memang lebih panjang tapi bila dibandingkan dengan di tanah air, puasa di Belanda sebenarnya tidak seberat yang dibayangkan.
Muslim sebagai golongan minoritas di negara sekuler seperti Belanda maka tentu saja 1 Syawal atau Idul Fitri bukan merupakan hari libur. Kegiatan belajar mengajar dan kerja di kantor berjalan seperti biasanya. El Furkan tempat anakku bersekolah walaupun sekolah negeri tetapi karena merupakan sekolah Islam menerapkan kebijaksanaan untuk meliburkan kegiatan belajar mengajarnya selama 3 hari. Aku sendiri hanya cuti 2 hari dari kantor jauh berbeda dengan teman-teman di tanah air yang biasanya cuti 1-2 minggu untuk merayakan lebaran di kampung halaman. Di Belanda biasanya bulan Juni sampai Agustus disebut sebagai Vakantie Periode atau Masa Liburan. Dengan jumlah cuti yang berkisar 20-40hari kerja, mayoritas pekerja libur 3-6 minggu. Malah ada yang sampai cuti 9 minggu. Hal yang nyaris mustahil terjadi di tanah air. Bisa kena pecat tuh kalo coba-coba berani cuti selama itu hehe....Sekolah negeri di Belanda bebas dari biaya alias Gratis. Biasanya orangtua hanya perlu membayar uang sekitar eur40/tahun (Rp500ribu) untuk biaya schooltrip, hadiah dll. Dan dijamin bebas pungli dan biaya siluman lain seperti uang bangunan yang lazim terjadi di tanah air. Tapi orangtua jangan coba-coba mengajak anaknya untuk bolos sekolah saat bukan waktu liburan bisa-bisa kena denda yang berkisar eur50-100 (Rp600rb-1.2juta) per harinya. Bikin bokek dan bikin manyun hahaha...kapok deh kalo sampai harus bayar. Sisi positifnya anak jadi terbiasa tidak membolos. Karena itu Ramadhan tahun ini keluarga Indonesia yang mempunyai anak usia sekolah hampir bisa dipastikan berlebaran di rantau.
Bulan Ramadhan sebagai bulan pendidikan mudah-mudahan bisa melecut semangat kita untuk berusaha menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kita hanya bisa berdo'a mudah-mudahan kita bisa bertemu dengan Ramadhan tahun depan.Dan besok kita bisa mengucapkan "Minal Aidin wal Faidzin", Selamat kembali dari kemenangan.Semoga amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini diterima oleh Allah SWT, Amiiiin....
Monday, August 29, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)